Manusia Yang Keliru
Manusia
yang keliru,
Muncul di segenap penjuru,
1, 2, 3 hingga beribu,
Berbondong-bondong bersesak bagai kelkatu,
Yang terbang berlabuh di pepohon semalu.
Manusia yang keliru,
Jiwanya penuh menggerutu,
Buntu, pilu, keliru,
Bersarang di pinggiran kalbu,
Meronta-ronta mencari ruang waktu,
Menunjal kalbu memohon ilham menyerbu.
Manusia yang keliru,
Berpesta di Lorong Haji Taib 1,
Berderet-deret berceratuk di sirami neon lampu,
Dari jauh bagai gadis pemalu,
Bila di dekat, auuuuuuwwwwwwww,
Dengan suara macam jantan gitu,
Muncul di segenap penjuru,
1, 2, 3 hingga beribu,
Berbondong-bondong bersesak bagai kelkatu,
Yang terbang berlabuh di pepohon semalu.
Manusia yang keliru,
Jiwanya penuh menggerutu,
Buntu, pilu, keliru,
Bersarang di pinggiran kalbu,
Meronta-ronta mencari ruang waktu,
Menunjal kalbu memohon ilham menyerbu.
Manusia yang keliru,
Berpesta di Lorong Haji Taib 1,
Berderet-deret berceratuk di sirami neon lampu,
Dari jauh bagai gadis pemalu,
Bila di dekat, auuuuuuwwwwwwww,
Dengan suara macam jantan gitu,
Helooo
bang! I tulen taaaaauu!
Kat halkum tu mana nak tipu,
Pakaian Allah saja yang tahu,
Terselak sana terselak situ,
Bodinya memang menggebu-gebu,
Lentik dan gediknya mencairkan nafsu,
Pemuas syahwat si jantan hantu.
Manusia yang keliru,
Berlengkar malas di jejambat Pudu,
Hilai tawa bagaikan bersatu,
Kepala lentuk penangan candu,
Tubuh longlai bermata kuyu,
Bersusul lagu dipalit pilu,
Sedih, pilu, sayu,
Diri renyai dimamah nafsu,
Bila ditegur, mata terjojol bagai jembalang tercabut bulu,
Marah giler konon la tu,
Sambil menyeru,
Ini duniaku,
Apa lu lu mau ganggu,
Ada gua kacau sama lu,
Kalau tak nak makan nasi ikut dagu,
Baik lu blah dulu,
Gua pernah telan orang lu tak tau,
Oiii! pergilah lu apa tunggu,
Gua mau lentuk dulu!
Manusia yang keliru,
Bersesak-sesak pula di kedai ekor berpintu satu,
Dihasut dajal bermata satu,
Sekali tikam, duit menyerbu bagai peluru,
Modal kecil, untung beribu,
Walhal dia buat-buat tak tahu,
Anak isteri di rumah bersyahdu pilu,
Makan nasi berlauk budu,
Harapkan ayahnya mampus buat dek gitu.
Manusia yang keliru,
Tak cukup itu,
Bomoh putar alam pula dituju,
Kononnya ditarik duit dapat beribu,
Manusia yang keliru pun khayal jadi orang kaya baru,
Biar orang kampung tahu siapa aku,
Biar mereka berebut buat aku jadi menantu,
Menantu yang keliru.
Manusia yang keliru,
Berlegar-legar di dataran merdeka di malam minggu,
Berpasang-pasang erat bagaikan irama dan lagu,
Berkepit rapat atas kapcai biru,
Sampai angin tak muat nak lalu,
Sambil dipulasnya minyak menderu-deru,
Sakit telinga bagai dicucuk batu,
Saling mencabar antara kau dan aku,
Siapa paling layak ditabal hero baru,
Hadiahnya minah rempit berbadan gebu,
Diratah sama gerombolan jantan keliru,
Lepas satu,satu,
Tak cukup itu,
Diminta member rakam aksi tak berbaju,
Kononnya pelakon hebat di alaf baru,
Apa peduli apa yang berlaku,
Janji umpan terhidang direntap dulu,
Sebelum masing-masing mengganas di jalan berbatu.
Manusia yang keliru,
Berasmaradana di segenap penjuru,
Di dalam semak di celah batu,
Si lelaki jiwang memasang ayat memujuk rayu,
Kat halkum tu mana nak tipu,
Pakaian Allah saja yang tahu,
Terselak sana terselak situ,
Bodinya memang menggebu-gebu,
Lentik dan gediknya mencairkan nafsu,
Pemuas syahwat si jantan hantu.
Manusia yang keliru,
Berlengkar malas di jejambat Pudu,
Hilai tawa bagaikan bersatu,
Kepala lentuk penangan candu,
Tubuh longlai bermata kuyu,
Bersusul lagu dipalit pilu,
Sedih, pilu, sayu,
Diri renyai dimamah nafsu,
Bila ditegur, mata terjojol bagai jembalang tercabut bulu,
Marah giler konon la tu,
Sambil menyeru,
Ini duniaku,
Apa lu lu mau ganggu,
Ada gua kacau sama lu,
Kalau tak nak makan nasi ikut dagu,
Baik lu blah dulu,
Gua pernah telan orang lu tak tau,
Oiii! pergilah lu apa tunggu,
Gua mau lentuk dulu!
Manusia yang keliru,
Bersesak-sesak pula di kedai ekor berpintu satu,
Dihasut dajal bermata satu,
Sekali tikam, duit menyerbu bagai peluru,
Modal kecil, untung beribu,
Walhal dia buat-buat tak tahu,
Anak isteri di rumah bersyahdu pilu,
Makan nasi berlauk budu,
Harapkan ayahnya mampus buat dek gitu.
Manusia yang keliru,
Tak cukup itu,
Bomoh putar alam pula dituju,
Kononnya ditarik duit dapat beribu,
Manusia yang keliru pun khayal jadi orang kaya baru,
Biar orang kampung tahu siapa aku,
Biar mereka berebut buat aku jadi menantu,
Menantu yang keliru.
Manusia yang keliru,
Berlegar-legar di dataran merdeka di malam minggu,
Berpasang-pasang erat bagaikan irama dan lagu,
Berkepit rapat atas kapcai biru,
Sampai angin tak muat nak lalu,
Sambil dipulasnya minyak menderu-deru,
Sakit telinga bagai dicucuk batu,
Saling mencabar antara kau dan aku,
Siapa paling layak ditabal hero baru,
Hadiahnya minah rempit berbadan gebu,
Diratah sama gerombolan jantan keliru,
Lepas satu,satu,
Tak cukup itu,
Diminta member rakam aksi tak berbaju,
Kononnya pelakon hebat di alaf baru,
Apa peduli apa yang berlaku,
Janji umpan terhidang direntap dulu,
Sebelum masing-masing mengganas di jalan berbatu.
Manusia yang keliru,
Berasmaradana di segenap penjuru,
Di dalam semak di celah batu,
Si lelaki jiwang memasang ayat memujuk rayu,
I lap u,
U lap me
too,
Sayang! kita terbang ke awan biru,
memetik gugusan bintang beribu-ribu,
Menyemai janji membelai rindu,
Lautan api sanggup dilalui,
Harimau belang sanggup diadu,
Badai thunami sanggup ditunggui,
Biar abang mati dulu,
Asalkan ayang selamat selalu,
Sambil tangan menggaru-garu,
Bagaikan tahu ke mana hendak ditujui,
Akhirnya badan dua bercantum satu,
Si gadis lemas terkulai layu,
Sayang! kita terbang ke awan biru,
memetik gugusan bintang beribu-ribu,
Menyemai janji membelai rindu,
Lautan api sanggup dilalui,
Harimau belang sanggup diadu,
Badai thunami sanggup ditunggui,
Biar abang mati dulu,
Asalkan ayang selamat selalu,
Sambil tangan menggaru-garu,
Bagaikan tahu ke mana hendak ditujui,
Akhirnya badan dua bercantum satu,
Si gadis lemas terkulai layu,
Bersaksikan
rimbunan buluh semambu,
Nikmat seminit menyesal bertalu-talu,
9 bulan mengusung perut berat membatu,
Lahirlah si kecil malang tak berayah tapi beribu,
Di buang ke longkang di celah kayu,
Dalam semak atas batu,
Bila di tanya tiada sapa mengaku,
Pandai buat bela tak tau,
Anak sapa la tu,
Sedangkan syaitan ketawa lihat anak adam keliru.
Begitulah selalu,
Pada manusia yang keliru,
Tak tau pilih mana yang satu,
Pahala ditinggal dosa dikejar dulu,
Sedangkan azab pedih bakal menunggu,
Saat dipanggil yang maha berkuasa atas segala sesuatu,
Yaitu ALLAH yang maha satu.
Nikmat seminit menyesal bertalu-talu,
9 bulan mengusung perut berat membatu,
Lahirlah si kecil malang tak berayah tapi beribu,
Di buang ke longkang di celah kayu,
Dalam semak atas batu,
Bila di tanya tiada sapa mengaku,
Pandai buat bela tak tau,
Anak sapa la tu,
Sedangkan syaitan ketawa lihat anak adam keliru.
Begitulah selalu,
Pada manusia yang keliru,
Tak tau pilih mana yang satu,
Pahala ditinggal dosa dikejar dulu,
Sedangkan azab pedih bakal menunggu,
Saat dipanggil yang maha berkuasa atas segala sesuatu,
Yaitu ALLAH yang maha satu.
Shafizu
Gombak 24/4/2014
Tiada ulasan:
Catat Ulasan